Saturday, April 30, 2005

PANDUAN MENDAKI GUNUNG DALAM INFOGRAFIS

RESENSI BUKU
PANDUAN MENDAKI GUNUNG DALAM INFOGRAFIS

Judul buku : Panduan Mendaki Gunung dalam Infografis
Penulis : Ehwan Kurniawan
Penerbit : PT Tunas Bola
Cetakan : I, Nopember 2004
Tebal : 94 halaman
Ukuran : 11 cm x 18 cm (buku saku)
Harga : Rp 12.500,-


Sudah banyak buku ditulis mengenai panduan mendaki gunung, tapi panduan mendaki gunung secara bergambar mungkin baru buku ini. Karya ini bukan sekedar petunjuk tertulis, tapi juga menggunakan gambar yang digoreskan oleh penulis dalam bentuk grafis. Buku ini menjadi istimewa, karena menjadi satu-satunya buku petunjuk mendaki gunung dalam infografis. Pembaca pun akan lebih mudah memahami bagaimana cara mendaki gunung dengan baik. Diharapkan dengan penerapan infografis dalam buku panduan mendaki gunung ini lebih mempermudah dalam mengarahkan dan memahami informasi dari isi buku tersebut, karena elemen grafis yang digunakan sifatnya adalah untuk menyederhanakan suatu data secara praktis dan efektif.

Buku ini ditujukan terutama kepada para pemula. Pelajar atau mahasiswa yang hendak atau sekedar naik gunung, mengkhususkan diri untuk berkemah, dan sebagainya supaya memperhatikan langkah demi langkah yang ada dalam buku ini.Tujuannya agar selama pendakian mereka tidak menjumpai masalah yang berarti. Kalau tanpa kendala, tentu malah tidak asyik. Namanya saja naik gunung, pasti ada tantangan yang harus ditaklukkan. Karena itu, melalui buku ini diharapkan kendala-kendala yang muncul dapat diatasi dengan baik sehingga para pendaki bisa kembali dengan selamat.

Materi utama buku ini diangkat dari hasil karya tugas akhir penulis di Fakultas Seni Rupa IKJ dengan judul Penerapan Infografis pada Buku Panduan Mendaki Gunung, suatu perpaduan antara desain grafis dengan kegiatan mendaki gunung.

Buku Panduan Mendaki Gunung dalam Infografis ini terdiri dari delapan bagian, antara lain menyusun rencana, persiapan fisik, perlengkapan perjalanan, perlengkapan makan, pelengkapan tidur, leave no trace, navigasi darat, survival, P3K dan peta gunung. Selain itu ada daftar gunung se-Indonesia beserta ketinggiannya, kode etik pecinta alam, daftar alamat organisasi pecinta alam dan kantor cabang BASARNAS. Informasi ditil secara grafis jalur-jalur pendakian gunung (G. Kerinci 3.805 mdpl, G. Ciremai 3.076 mdpl, G. Slamet 3.426 mdpl, G. Semeru 3.676 mdpl, G. Agung 3.142 mdpl, dan G. Rinjani 3.726 mdpl) disertakan juga. Informasi grafis jalur-jalur pendakian itu sangat membantu dan memudahkan bagi para pendaki yang akan naik gunung tersebut.

Kegiatan mendaki gunung dimulai dengan menyusun rencana pendakian yang meliputi mencari informasi tentang gunung tersebut, melakukan pesiapan fisik dan menyiapkan perlengkapan pendakian. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana pendakian antara lain tujuan kegiatan (gunung yang akan didaki), waktu pendakian, anggaran keuangan, peserta, perizinan, transportasi, perencanaan di lapangan dan pelaksanaan kegiatan. Dengan perencanaan yang baik, pendaki akan dapat mencapai tujuan secara lebih efisien dan efektif.

Untuk perlengkapan perjalanan sebaiknya pilih perlengkapan dan perbekalan yang sesuai dan selengkap mungkin, tetapi bebannya tidak melebihi kemampuan. Perhitungan beban total untuk seseorang tidak boleh melebihi sepertiga berat badan (sekitar 15-20 kg). Untuk pakaian lapangan sebaiknya jangan menggunakan pakaian dari bahan nilon dan celana jins. Pakaian dari bahan nilon tidak menyerap keringat, sedangkan celana jins akan menjadi berat bila basah dan butuh waktu lama untuk dikeringkan. Semua perlengkapan pendakian dimasukkan ke dalam ransel yang ringan, kuat, sesuai dengan kebutuhan dan keadaan medan, nyaman dipakai dan praktis.

Bagaimana bila dalam pendakian gunung ada masalah? Petunjuk grafis untuk mengatasi masalah seperti tersesat, bertahan hidup (survival), dan kecelakaan juga disertakan. Orientasi medan (navigasi darat) adalah suatu cara untuk menentukan posisi dan arah perjalanan, baik di daerah sebenenarnya maupun di peta. Karena itu, pengetahuan tentang peta dan kompas serta teknik penggunaannya perlu dipelajari dan dipahami agar tidak mudah tersesat. Dalam pendakian, ada baiknya memperhatikan keadaan alam sekitar yang bisa dijadikan tanda yang mudah diingat, seperti tumpukkan batu, pohon tinggi, pohon tumbang, dan aliran sungai. Tanda-tanda tersebut bisa digunakan sebagai pemandu ke jalur semula bila kebetulan tersesat. Kalau tersesat sebaiknya kita tetap tenang dan ingat rumus STOP (S: Stop/Seating, T: Think, O: Observation, P: Planning).

Bertahan hidup di alam bebas (survival) adalah keahlian untuk bertahan hidup dalam situasi yang mendesak. Keahlian ini sangat diperlukan oleh setiap pelaku kegiatan alam bebas. Elemen survival antara lain cara menemukan air, cara membuat api, cara menemukan makanan, cara membuat jebakan, cara membangun perlindungan, dan cara menarik perhatian untuk penyelamatan (SAR). Selain itu juga perlu disiapkan survival kit untuk antisipasi apabila menghadapi suatu masalah dalam pendakian gunung. Survival kit ini umumnya berisi perlengkapan jahit, cermin, pisau multiguna, peniti, peluit, peralatan mancing, senter, korek api, kaca pembesar dan lilin.

Mendaki gunung tidak hanya membutuhkan niat yang kuat saja, namun juga kesiapan fisik. Daya tahan (endurance) amat diperlukan karena dibutuhkan perjalanan berjam-jam hingga hitungan hari untuk tiba di puncak. Hal yang paling sering muncul dalam bahaya subjektif (bahaya yang ditimbulkan oleh pendaki itu sendiri) adalah risiko medis. Resiko medis tersebut antara lain hipotermia, dehidrasi, patah tulang, trauma, cedera otot dan lain-lain. Pengetahuan untuk melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) perlu dipelajari dan dikuasai, sehingga apabila terjadi kecelakaan kita dapat melakukan langkah pertolongan pertama dan dapat menghindari cacat permanen maupun kematian.

Leave No Trace. Program Leave No Trace dirancang untuk memperkecil dampak sosial dan lingkungan dalam kawasan pendakian gunung. Prinsip-prinsip dasar Leave No Trace adalah:
ü Perencanaan dan pesiapan yang baik.
ü Berkemah dan bepergian di atas permukaan tanah yang tahan dan awet.
ü Buanglah kotoran dengan benar.
ü Biarkan apa yang anda temukan.
ü Minimkan penggunaan dan akibat dari api unggun.
ü Latihlah diri untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan perjalanan.
ü Dengan memelihara diri sendiri dan grup anda saat perjalanan di alam bebas, anda termasuk dalam posisi melindungi lingkungan.


Peresensi buku:
Djuni Pristiyanto
HP : 0812 837 5080
Email : senoaji@cbn.net.id
Moderator Milis Lingkungan dan Milis Indobackpacker

0 Comments:

Post a Comment

<< Home