Monday, May 07, 2007

Sekilas tentang Kaum Sufi

KAUM SUFI

Sebutan Sufi, diturunkan dari kata suf, bulu domba - jubah bulu domba kaum zahid. Kaum Sufi mengikuti ajaran batiniah dari Quran. Bersama dengan sistem pemikiran yg berdasarkan petunjuk-petunjuk dari kitab suci mereka, mereka mempunyai metode yg praktis untuk menyempurnakan diri sendiri, yg diajarkan scara lisan. Dengan latihan-latihan, pengambilan sikap dan tarian, tenaga-tenaga insan yg senantiasa terlucut dari dirinya, akan dimanfaatkan dan diarahkan untuk pengembangan batin dan peningkatan kesadaran. Maksud dan tujuannya ialah persatuan jiwa dengan Tuhan. Mungkin ada saat-saat pendahuluan tentang ini -- saat-saat penyingkapan keinsafan (revalation) dan haru-gembira (ectasy) -- "karunia-karunia", demikianlah biasa disebutkan, tetapi kesempurnaan, persatuan dengan Tuhan, harus diusahakan; harus ada usaha yg terus-menerus.

Ada satu Tuhan. Segala sesuatu ada dalam Dia, dan Dia ada dalam segalanya. Segala sesuatu yg tampak dan tak tampak, adalah pancaran-pancaran daripada-Nya. Agama-agama, pada hakikatnya, bukanlah yg terutama, meskipun agama-agama itu dapat berguna untuk memimpin manusia ke arah kenyataan. Baik dan Buruk sebagaimana kita mengartikannya, tidaklah ada sebenarnya, karena segalanya bertolak dari Wujud Yang Satu, Tuhan; tetapi serempak dengan itu, ada "baik sejati" dan "buruk sejati". Manusia tidak bebas dalam tindakan-tindakannya; ia tak memiliki kemauan bebas, meskipun ini dapat dilakukan dengan berusaha menempuh jalan yg benar. Ia berbelok ke sana-sini karena pengaruh-pengaruh dari dalam dan dari luar dirinya - menjadi permainan setiap angin yg bertiup. Persatuan dicapai dengan dua upaya berupa pengorbanan dan pembebasan: pengorbanan keinginan-keinginan, kesombongan dan angan-angan kita sendiri di satu pihak, dan di pihak lain pembebasan dari perkara-perkara duniawi - dari cinta akan kekuasaan, kemasyhuran, kekayaan dan kehormatan. Tetapi doa dan puasa juga dapat menjadi rintangan besar; kita dapat menjadi rintangan besar; kita dapat menjadi terikat dengan apa saja. Seorang Sufi, bagaimana pun, hendaknya tidak meninggalkan kebutuhan-kebutuhan dan tidak menarik diri dari dunia. Ia harus ada di dunia tetapi tidak terikat dengan dunia. Adalah suatu rahmat yg besar memiliki apa yg perlu bagi badan jasmani. Seks dengan sendirinya bukan perkara dosa, seperti yg terjadi dalam agama Kristen ortodoks,  melainkan suatu milik yg berharga. Arti dan guna tenaga seks dapat dimengerti. Seperti ditunjukkan  Orage dalam esainya "Tentang Cinta", kesucian panca indera (dahulu kala) diajarkan sejak awal masa kanak-kanak. Dengan cara demikian, erotisma menjadi suatu seni dalam bentuk tertinggi yang pernah diketahui dunia. Gemanya yg sayup masih terdapat dalam sastra Perancis dan sastra Sufi dewasa ini."

Jiwa (dalam arti bagian tertinggi dari manusia yg mendambakan kesempurnaan) ada lebih dulu daripada raga dan terkurung dalam raga itu seperti dalam sebuah sangkar. Hidup manusia ialah suatu perjalanan yg dilakukan bertahap-tahap. Dan pencari Tuhan ialah seorang musafir penempuh perjalanan itu, yang harus melakukan usaha-usaha keras untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dan kesalahan-kesalahan dan untuk mendapatkan pengetahuan dan pengertian yg benar.

Para pengikut sufisme mengatakan, bahwa sufisme selalu ada dengan berbagai nama; dan bahwa sistem dan metode, dalam bentuk-bentuk yang berbeda dikenal oleh orang-orang Mesir, Hindu, Budha, Yahudi, Yunani dan Nasarani yg mula-mula - dalam kenyataannya, oleh agama-agama besar pada mulanya. Sufisme ada di Barat dewasa ini.

Hanya bantuan mereka yg telah mencapai tingkat perkembangan tertentu dapat membimbing si musafir di jalan itu. Asalkan ia memiliki kesanggupan untuk mentaati disiplin dan melakukan usaha, sehari saja - atau bahkan satu jam saja, di kalangan orang-orang yg arif, akan lebih berharga daripada bertahun-tahun menjalankan pertapaan dan upcara-upacara lahiriah dalam peribadatan.

Di antara peraturan-peraturan bagi murid-murid di hadapan serorang guru dapat disebutkan yg berikut: "Perhatikan dan jangan banyak bicara. Jangan jawab pertanyaan yg tidak ditujukan padamu; tetapi jika ditanya, jawablah segera, dan jangan malu mengatakan, 'aku tidak tahu'. Jangan berdebat demi perdebatan semata. Jangan menyombong di hadapan yg lebih tua. Jangan mencari tempat paling terhormat. Jangan bersikap kelewat khidmat. Patuhi adat kebiasaan sehari-hari, dan sesuaikan diri dengan keinginan-keinginan orang lain selama keinginan-keinginan itu tidak berlawanan dengan keyakinan batinmu. Jangan membuat kebiasaan apa pun, kecuali jika itu kewajiban keagamaan atau yg berguna bagi orang-orang lain, sebab itu dapat menjadi berhala.

Kaum Sufi mengatakan bahwa hampir setiap orang dilahirkan dengan kesanggupan yg memungkinkan pengembangan batin, tetapi bahwa orang tuanya dan orang-orang sekelilingnya membuat dia menjadi seorang Yahudi, seorang Hindu, atau seorang Majusi, sehingga ia penuh dengan prasangka dan menerima apa saja yg dikatakan orang-orang lain tanpa mengingat pengalaman pengalaman atau pemikirannya sendiri, dan ini menjadi batu penarung. Bila orang yg "beriman" - orang yg telah menyempurnakan diri - meninggal, jiwanya melayang ke langit yg sesuai dengan tingkat kesempurnaan yg telah dicapainya. Tetapi, betapa pun banyak "pengetahuan" yg dimiliki seseorang, kalau ia tak menilik dirinya sendiri, dan mengakui dalam hati bahwa sesungguhnya ia tak mengerti apa-apa, maka segala yg telah didapatnya akan menjadi seperti "angin di tangan".

Sumber:
Farid Ud-Din Attar, Musyawarah Burung: Sebuah Fabel Sufi karya FArid udal.  Attar.
Yogyakarta: Taawang Press, 2003, hal. 259-2263.

1 Comments:

Blogger hrhendrawan said...

Salam cinta. Saya mencari buku itu koq susah bgt ya? Bs dbantu gk?

Wednesday, November 14, 2007 8:17:00 AM  

Post a Comment

<< Home