Wednesday, August 01, 2007

Intelektual dan Kepasrahan

Tari,

Saya rasa paling sedikit ada 2 hal yg menghambat proses penemuan diri sejatimu lebih lanjut, yaitu intelektualitas dan kepasrahan.

Kita ini produk pola pendidikan barat yg sangat mengandalkan intelek dan yg meremehkan batin. Disadari atau tidak, intelektualitas ala barat ini sangat mempengaruhi segala segi kehidupan kita.

Dalam ZEN memang salah metodenya adalah yg disebut KOAN (kalo tidak salah ya), yaitu sang guru zen memberi sebuah teka-teki singkat utk dipecahkan oleh sang murid yg secara logika tdk akan mungkin dpt dipecahkan oleh akal pikiran. Tugas ini mesti dilakukan dlm meditasi dan dlm kehidupan sehari2. Pada suatu tingkat, sang murid akan 'mentok' dan dg dipicu oleh hal2 sederhana (entah oleh ucapan, pukulan/tamparan sang guru, peristiwa, dll) dia akan mengalami pencerahan. Sebenarnya proses zen dg koan spt itu merupakan proses yg keras dan kejam, karena proses itu berlangsung tanpa kompromi.

Eh, saya kok malah ngelantur mbahas zen. Kembali pada intelektualitas. Dlm kehidupan normal sehari2 memang sangat diperlukan intelek yg tajam dan kuat. Tapi dlm kondisi meditatif, intelek yg tajam dan kuat malah akan sangat menghambat. Mengapa? Karena dlm meditasi memang tdk menggunakan proses intelek. Intelek hanya akan memperbesar ke-AKU-an. Dlm meditasi proses berfikir yg sangat jadi andalan intelek itulah yg terus menerus DIAMATI dan DISADARI (ini metode meditasi Vipassana). Hasilnya bukan pikiran jadi kosong atau konsentrasi atau masuk ke dalam ketidaksadaran (trance?), tapi hasilnya adalah KESADARAN PENUH dlm segala aspek. Contohnya adalah ketika suatu ujung pikiran baru akan muncul, maka seketika itu juga akan segera disadari dan ketika kita sadar adanya ujung pikiran itu maka ujung pikiran itu akan lenyap serta tdk akan mewujud jadi pikiran yg utuh.

Yg kedua ttg KEPASRAHAN. Ngomong ttg kepasrahan adalah sangat mudah, tapi menjalaninya yg sukar. Saya sendiri dlm suatu taraf tertentu tidak paham dg apa itu sikap PASRAH TOTAL. Ini susah sekali utk dijelaskan, namun hanya dg MENGALAMI sendiri maka akan jadi paham atau tidak ttg pengertian kepasrahan. Sebenarnya syarat dasar meditasi adalah KEPASRAHAN TOTAL. Pasrah total kepada apa dan siapa? Sikap ini tdk ditujukan kepada siapa2 atau apa. Ya pasrah total begitu saja. Ini agak sukar karena kita terbiasa diindoktrinasi utk bersikap pasrah kepada sesuatu di luar diri (contohnya: Tuhan, Allah, dewa, dll). Tapi kalo memang sukar, bisa dimulai dg kepasrahan yg biasa dilakukan utk entry point (dg awalan doa, zikir, dll; tapi ini hanya utk awalan saja lho).

Lakukan meditasi dan alami saja dg kesadaran penuh. Kita akan jadi paham bahwa semua hal di dunia ini adalah FANA dan MENGALIR.

Maaf lho kalo terasa mengajari. Saya sendiri masih sangat jauh dari diri sejati. Apa yg saya uraikan di atas pernah saya alami, tapi pengalaman itu tdk bertahan lama karena dlm kehidupan sehari2 saya masih tetap terjerumus dlm hidup keduniawian dan kemelekatan lainnya. Begitulah, saya juga terus berupaya berjalan utk menemukan JALAN.

Tengkyu peri2 mat.

salam,
djuni

0 Comments:

Post a Comment

<< Home